Photobucket
  • Gedung Pondok Pesantren Modern a-Istiqomah.
  • Berpose bersama bapak pimpinan dan dewan mu'allim.
  • Para Petarung Nurani.
  • Berpose bersama bapak pimpinan dan dewan mu'allim.
  • Berpose bersama bapak pimpinan dan dewan mu'allim.
  • Event Art Paling Akbar.
  • Siap Tempur Dalam memerangi angkara murka.
  • Para santri akhir 2008 bersama Ust Saad Ibn Taba.

Mengembalikan Energi Yang Hilang


Tarbiyah, tentu bukan kata yang asing bagi mereka yang aktif di organisasi Islam hari ini. Ia bagaikan oase di tengah gersangnya belantara perjuangan. Menjadi penyejuk ditengah dahaganya ruhani. Menjadi suplemen tambahan yang menguatkan daya tahan perjuangan. Tarbiyah, Halaqoh, Ta’lim, Liqo’, Mentoring, dengan model  serta aneka ragam metode dan penyebutan yang dilakukan setiap pergerakan, substansi semuanya adalah sama, pembinaan. Membina setiap kader untuk menjadi mujahid dan mujahidah yang tangguh di tengah fatamorgana dunia yang serba menggoda. Lewat halaqoh kecil inilah para kader akan saling mengingatkan, belajar, membina ukhuwah, serta menyelami samudra hikmah yang akan menjadi motivasi dalam berjuang.
Inilah sunnah nabi yang dicontohkan, yang kemudian diikuti oleh para sahabat, tabiin, tabiuttabiin, serta generasi salaf yang mulia. Hasilnya mereka tumbuh menjadi generasi terbaik ummat ini. Abu Bakar, Umar, Utsman Bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Bilal bin Rabbah,  adalah deretan nama-nama mulia yang lahir dari pembinaan Rasulullah di aula Darul Arqam. Dengarlah pekikan takbir mereka, sungguh begitu menggerakan. Menusuk hingga kedalam dada mengembuskan energy perjuangan. Takbir mereka bukan pekikan suara formalitas untuk memeriahkan suasana. Tapi, pekikan bernergi itu lahir dari jiwa-jiwa yang bersih.

Bila aktivis tak ikut tarbiyah…??? Apa kata dunia. Sebab kita tidak hidup ditengah belantara liar, tidak juga ditengah padang pasir yang tak berpenghuni, bukan pula ditengah pulau yang hanya ada kera dan kawan-kawan. Buka mata dan telinga, lalu berjalanlah, niscaya akan kau dapatkan sejumlah guru yang siap mengajarkan ilmu dien ini.

Thalabul ilmi fariidhatun ala kulli muslimin wal muslimat, kalimat ini kerap kita dengar dalam berbagai kesempatan, namun jarang kita renungi. Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan. Bukan belajar loh, tapi menuntut, pada siapa ?? pada mereka yang paham akan perkara agama ini. Pada semua orang yang memiliki kapasitas dalam melakukan transfer ilmu, transfer ruhiyah, transfer pengalaman, asal bukan transfer duit dan pulsa. Seperti imam syafi’I yang mendatangi sejumlah guru untuk meminta ilmu. Dalam sejarah kita akan dapati nama-nama yang pernah menjadi guru beliau. Hasilnya, sejumlah buku-buku sang imam menjadi rujukan yang menudahkan kita hari ini. Salah satunya karangan beliau yang termaktub dalam kita Ar-risalah menjadi pondasi pertama ilmu Ushul Fiqh.

Ada beberapa teman yang pernah mengeluhkan gersangnya perasaan jiwa yang dialami. Bercerita tentang aktivitas yang terasa gersang tanpa hadirnya ruh di dalamnya. Sebenarnya bukan soal aktivitasnya, tapi mungkin ada rutinitas yang telah hilang. Sebab, seperti layaknya tubuh yang memerlukan gizi dan nutrisi, jiwa kita pun demikian. Ia perlu senantiasa dipelihara ag`r tidak layu sebelum berkembang. Tidak futur sebelum berjuang. Tidak kalah sebelum tampil di medan laga. Nutrisi penambah gairah perjuangan itu ada banyak macamnya. Tarbiyah itulah salah satunya.

Maka bersyukurlah, saat tak lagi tarbiyah. Tak lagi mengikuti halaqoh. Tak lagi hadir di ta’lim pekanan. Tak lagi menghadiri majelis mentoring. kita masi merasakan ada sesuatu yang kurang, berarti jiwa kita masi mampu berbicara menuntut haknya. Namun, bila semua aktivitas pekanan itu tak lagi kita ikuti dan kita tak merasakan apa-apa. Mungkin kita patut bertanya. Bukan pada rumput yang bergoyang, sebab ia tak akan mampu menjawabnya. Jangan-jangan inilah bencana yang sesungghunya, atau mungkin Allah sudah tidak berkenan memberi rasa pada jiwa kita, sebab rasa yang dulu ada itu, kini tak lagi bersemi di dalam dada. Sejatinya inilah musibah yang sesungguhnya. Berbenahlah sahabat, bertanyalah wahai diri, bercerimnlah duhai kawan. Sembari bedo’a duhai dzat yang maha membolak balikkan hati manusia tetapkanlah diri ini pada ketaatan kepada Mu.
 
Oleh : Ari Fahri.
Tentang penulis dapat  anda simak DISINI
*